Oleh : Muhaimin Iqbal
Kemudian dana yang diinvestasikan sama yaitu flat Rp 500,000 per bulan sampai 12 tahun yang akan datang. Setelah
itu berhenti dan dibiarkan hasil investasinya terus tumbuh sampai 8
tahun kemudian – total periode 20 tahun. Pola investasi ini mengikuti
pola pembayaran premi asuransi, yang lain (deposito & Dinar)
dasamakan polanya agar bisa disandingkan apple to apple.
Hasil
dari perbandingan ini saya sajikan dalam grafik logaritmik diatas,
masing-masing dengan kekurangan / kelebihan sebagai berikut :
Asuransi
Untuk
produk asuransi, di tahun-tahun awal total nilai investasi (pokok dan
hasil investasi) masih sangat rendah, dugaan saya karena besarnya biaya
akuisisi yang dibebankan ke premi yang kita bayarkan. Saya tahu biaya
akuisisi asuransi ini bisa sangat tinggi di tahun-tahun awal bahkan
melebihi 50% dari premi yang kita bayarkan.
Biaya
akusisi ini selain dalam bentuk komisi keagenan; juga biaya –biaya lain
untuk insentif para agen dan sales team lainnya. Tidak jarang kita baca
pengumuman di media ; sekian ratus agen dari perusahaan asuransi x
rame-rame tour ke luar negeri misalnya. Bahkan konon dengan bangganya ada perusahaan asuransi yang sampai mencarter pesawat untuk meng-entertain para agen dan sales team-nya ini tour ke luar negeri.
Pertanyaannya
adalah siapa yang membayar ?; itulah bagian dari premi yang kita
bayarkan yang terkonsumsi untuk apa yang disebut biaya akuisisi.
Tidak
heran bila dengan berinvestasi Rp 500,000 per bulan setelah 10 tahun
pokok investasi kita seharusnya sudah mencapai Rp 60 juta; tetapi di
penawaran asuransi yang ada di saya nilai investasi (pokok +hasil
investasi) baru mencapai sekitar 58 juta. Kemana pokok investasi dan
hasil investasi kita yang disimulasikan 12 % ?; ya kepotong biaya
akusisi tersebut diatas.
Jadi
kelemahan mendasar pada produk-produk investasi berbasis asuransi
adalah biaya akuisisi ini; lain produk lain pula struktur biayanya. Oleh
karenanya bila kita hendak membeli produk asuransi, tidak ada salahnya
kita cecer agen untuk men-declare struktur biaya yang akan menjadi beban kita ini.
Namun
keunggulan asuransi juga ada, yaitu kalau kita meninggal sewaktu-waktu –
meskipun baru membayar premi sekali, kita dapat memperoleh santunan
dari dana tolong-menolong atau di syariah disebut dana tabarru’.
Kalau
saya sendiri, memilih asuransi yang khusus untuk cover risiko saja yang
preminya jauh lebih murah. Nama produk ini macam-macam tergantung
bagaimana perusahaan menamaknannya, namun secara umum nama generik
produk semacam ini biasa disebut Term-Life.
Deposito
Deposito (yang syariah tentunya) adalah investasi yang simple dan straight forward;
meskipun tingkat bagi hasil bersih rata-rata disimulasikan lebih rendah
dari asuransi (hanya 8% dalam contoh perbandingan ini) , nilai
investasi kita (pokok plus bagi hasil) sampai periode tertentu akan
lebih besar dari nilai investasi kita di asuransi.
Dalam
contoh diatas, setelah 10 tahun ketika nilai investasi asuransi baru
mencapai sekitar Rp 58 juta; nilai deposito kita – dengan jumlah
tambahan investasi yang sama Rp 500,000/bulan - sudah mencapai Rp 92
juta !.
Mengapa ada perbedaan hasil yang menyolok dengan asuransi ?, karena di bank tidak ada biaya akuisisi yang besar seperti biaya akuisisinya produk asuransi.
Namun
deposito memang tidak diperuntukkan sebagi proteksi kalau terjadi
sesuatu terhadap kita; untuk ini kita tetap perlu membeli produk
asuransi – ya yang preminya murah dan untuk cover risiko saja – Term-Life tersebut diatas.
Dinar
Dinar
adalah emas, oleh karenanya mengalami appresiasi sebagaimana halnya
emas. Dalam 40 tahun terakhir emas mengalami appresiasi rata-rata 31 %
per tahun. Jadi dengan dana yang sama Rp 500,000 yang kita belikan Dinar
per bulan (karena pecahan, bisa pakai M-Dinar !) maka setelah 10 tahun
nilai Dinar yang kita miliki menjadi sekitar Rp 269 juta !; jauh
melebihi deposito apalagi dana asuransi.
Perbedaan
ini menjadi sangat jauh lagi ketika kita lihat pada akhir periode
investasi 20 tahun. Setelah 20 tahun, uang yang kita taruh di asuransi
tersebut diatas menjadi Rp 162 juta ; yang kita taruh deposito menjadi
Rp 224 juta dan yang kita jadikan Dinar menjadi Rp 4.1 milyar !.
Mengapa
demikian menyolok perbedaannya ?. Bila deposito terkadang tumbuh
dibawah inflasi (contoh tahun lalu, deposito 8 %, Inflasi 11 %);
investasi asuransi tergerus biaya akuisisi ; Dinar selalu berada diatas
inflasi dan tidak terkena biaya akuisisi yang besar. Inilah keunggulan
investasi Dinar.
Kelemahannya
bukannya tidak ada, ada juga – yaitu untuk jangka pendek bisa saja
appresiasi ini bernilai negatif atau harga Dinar turun; seperti yang
terjadi dalam enam bulan terakhir.
Jadi
dari ketiga produk tersebut, saya sendiri menggunakan ketiganya (tidak
persis sama dengan produk yang saya ulas tetapi sejenis) dengan
komposisi sebagai berikut :
1). Untuk proteksi kalau terjadi sesuatu sama saya; saya membeli produk asuransi Term-Life dari perusahaan asuransi yang terkenal/ bonafit.
2).
Untuk keperluan dana jangka pendek, kurang dari enam bulan – saya
gunakan produk-produk perbankan seperti deposito dan tabungan dari
bank-bank nasional terbaik.
3). Untuk investasi jangka panjang saya gunakan Dinar dan usaha-usaha sector riil yang produktif.
Untuk
mendisiplinkan pola investasi saya sendiri, selain tiga hal yang saya
lakukan tersebut, ada tiga hal pula yang tidak saya lakukan, yaitu :
1). Tidak menaruh dana investasi di asuransi (kecuali hanya premi untuk Term-Life saja).
2). Tidak menaruh dana investasi jangka panjang (lebih dari 6 bulan) di deposito, tabungan dan sejenisnya.
3). Tidak menaruh dana untuk kebutuhan jangka pendek (kurang dari 6 bulan) di Dinar.
Mudah-mudahan
analisa saya ini analisa yang adil, tidak melebih-lebihkan yang satu
terhadap yang adil dan dapat memberi manfaat atau guidance yang objektif bagi masyarakat awam kaya saya. Wa Allahu A’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar