Oleh Muhaimin Iqbal |
Jum'at, 03 February 2012 11:16 |
Beberapa
hari lalu saya mendapatkan kiriman yang sangat berharga dari salah satu
peserta rutin Pesantren Wirausaha Daarul Muttaqiin. Kiriman tersebut
adalah berupa buku tua (terbit pertama kali 1963 !) - dengan judul
Sejarah Pendidikan Islam yang ditulis oleh Prof. DR. H. Mahmud Yunus
(almarhum – Ex Rektor IAIN Imam Bonjol – Padang). Yang menarik adalah
dari waktu ke waktu, umat ini mengalami pasang surutnya. Umat ini
berjaya manakala iman dan ilmu dikuasai, para guru dan pendidik
dihargai.
Penghargaan
ini tentunya tidak harus berarti uang, tetapi pemberian gaji yang baik
kepada mereka dapat menjadi salah satu indikator seberapa baik
masyarakat menghargai para guru ini.
Di salah satu jaman kejayaan Islam yang dikenal dengan generasinya Shalahuddin al Ayyubi
gaji guru di dua madrasah yang didirikannya yaitu Madrasah Suyufiah dan
Madrasah Shalahiyyah berkisar antara 11 Dinar sampai dengan 40 Dinar
sebulan !. (Cek Harga Dinar) Inilah jaman ketika Islam menjadi guru dunia, bahkan guru di
bidang engineering dan teknologi seperti yang ter-representasi-kan oleh Al-Jazari dengan kitabnya - Kitáb fí ma'rifat al-hiyal al-handasiyya (Buku Pengetahuan Tentang Alat-alat Mekanik yang Cerdas) - yang bahkan untuk jaman modern ini sekalipun tergolong sebagai buku yang canggih.
Saya
tahu tidak semua guru mengharapkan balasan materi seperti ini, tetapi
masyarakatlah (terwakili oleh wakil-wakil dan pemimpinnya – dan kita
semua) yang harus memperhatikan kesejahteraan mereka. Agar mereka bisa
fokus pada tugasnya, dan agar suatu bangsa bisa memperoleh orang-orang
terbaiknya untuk menjadi guru bagi anak-anak mereka.
Lantas
apakah sekarang wajar seandainya kita sekarang meng-appresiasi para
guru dengan gaji bulanan antara 11 Dinar sampai 40 Dinar sebulan-nya
(saat tulisan ini berarti sekitar Rp 25 juta – Rp 90 juta sebulan !) di jaman ini ?.
Saya melihat kewajarannya gaji guru di range tersebut. Mengapa ?, Itu kurang lebih range
gaji para manager dan eksekutif perusahaan menengah di Indonesia saat
ini. Jadi wajar bukan kalau kita bisa meng-appresiasi guru-guru yang
professional setara dengan para manager dan eksekutif professional
tersebut ?. Bahkan para professor di perguruan tinggi, dan
guru-guru impor di sekolah-sekolah internasional yang mulai marak di
negeri ini sudah melampaui range tersebut.
Saya
juga melihat adanya potensi kemampuan masyarakat dan negara untuk
meng-appresiasi para guru ini seperti pada masa Shalahuddin tersebut di
atas. Yang diperlukan adalah perubahan orientasi layanan, mana yang
lebih dipentingkan. Bayangkan dengan perbandingan-perbandingan berikut :
· Kepala cabang bank menengah yang melayani Anda dalam transaksi finansial, mereka sudah berada di range gaji 11 Dinar – 40 Dinar sebulan
tersebut. Masak yang mengurusi transaksi yang lebih penting – yaitu
transaksi Ilmu – untuk anak-anak kita, yang akan menjadi bekalnya seumur
hidup tidak mendapatkan apresiasi yang minimal sama ?.
· Manajer-manajer perusahaan telekomunikasi, perdagangan, industry dan jasa lainnya juga sudah menikmati range gaji yang layak tersebut. Mengapa tidak untuk para guru anak-anak mereka ?.
· Wakil-wakil
kita di dewan, digaji secara layak untuk pekerjaan dan produk yang
sering tidak jelas – mengapa tidak untuk para guru yang pekerjaan dan
produknya jelas – yaitu menyiapkan generasi unggulan kedepan – yang akan
menentukan maju tidaknya bangsa ini kedepan ?.
· Dlsb.dlsb.
Meng-apresiasi
secara baik untuk para guru tidak berarti harus menjadi beban yang
tidak terjangkau oleh masyarakat. Yang diperlukan hanyalah menggeser
fokus, bila selama ini pemerintah dan masyarakat lebih suka
membelanjakan anggarannya untuk produk dan jasa yang dapat dilihat atau
dinikmati segera – menjadi focus untuk menyiapkan generasi-generasi yang
unggul untuk masa kini dan masa yang akan datang.
Bayangkan
pula dampaknya bila apresiasi terhadap para guru ini bisa diberikan
secara semestinya. Potensi-potensi terbaik bangsa ini bisa bertahan
menjadi guru, tidak hanya kepincut dengan pekerjaan lainnya seperti
kerja di bank, menjadi manajer industry, menjadi anggota dewan dlsb.
Bila
masyarakat berhasil menarik orang-orang terbaik dibidangnya untuk
menjadi guru, maka disitulah generasi unggulan ini akan lahir. Guru-guru
dari kalangan yang terbaik dibidangnya ini selain berbekal ilmu yang
cukup, mereka juga akan kreatif , inovatif dan produktif dalam
mengembangkan bahan ajar-nya. Hasilnya akan sepertu spiral yang berputar
keluar, guru bermutu – materi ajar bermutu – produk anak didik
berkwalitas tinggi – generasi unggul – semakin tinggi apresiasinya ke
ilmu dan tentu juga guru dst.
Sebaliknya
bila guru tidak mendapatkan perhatian yang seharusnya dari masyarakat,
yang terjadi adalah seperti spiral yang berputar kedalam. Guru tidak
diapresiasi semestinya – guru tidak fokus – materi ajar kurang bermutu –
prestasi anak didik menurun – kwalitas generasi rendah – apresiasi
terhadap guru lebih rendah lagi dst.
Spiral
yang berputar kedalam ini antara lain yang kita hadapi sekarang. Produk
anak didik dan generasi yang jauh dari sifat keunggulannya, indikasinya
antara lain adalah umat yang mayoritas ini diperdaya oleh umat lain
yang minoritas dalam bidang ekonomi, politik dan masyalah-masyalah
kemasyarakatan lainnya.
Indikasi
lemahnya generasi juga bisa kita lihat dari produk anak didik yang
telah terjun ke masyarakat : bila menjadi pejabat atau birokrat dia
korupsi, bila berpolitik mereka dusta, bila menjadi pedagang mereka
curang, bila menjadi hakim mereka tidak berbuat adil, bila menjadi
pegawai mereka kurang produktif, bila menjadi pengusaha mereka
mengeksploitasi pekerja untuk kepentingan sendiri dan bila menjadi
penguasa mereka sewenang-wenang.
Maka situasi seperti ayam dan telur – mana yang harus didahulukan tersebut – harus kita break dan diurutkan lagi dari awal. Kalau saya memilih break ke titik awal tersebut adalah mulai dari para guru. Hidup bapak- ibu Guru !.
|
Kami menyediakan (insya Allah) berbagai macam kebutuhan rumah tangga saya dan anda. Toko On Line Hatoy saya dirikan bertolak karena saya sebagai abdi Pemerintah yang hampir tidak pernah bisa shoping-shoping karena tugas negara. Jadi, bismillahirrahmanirrahim... Mari BERMUAMALAT yang HALAL dan TOYYIB.
Dipilih-dipilih
Assalamu’alaikum,
SELAMAT DATANG, di Toko On Line Hatoy Ponorogo. Kami menyediakan beberapa kebutuhan Sandang ASLI PRODUK DALAM NEGERI dengan HARGA MURAH – Lebih Awet daripada Uangnya – dan tentunya dengan KUALITAS. Silakan tengak-tengok di menu GALERI PRODUK.
Kami menjual karena Kepercayaan dan Komitmen bersama anda Membangun Negeri.
Silakan hubungi kami :
SMS / WhatsApp : 0857 3592 5311
PIN BB : 747A0B44
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, saya hanya menggunakan rekening BRI, Bank Jatim, dan MANDIRI. Untuk info No Rekening Silakan SMS di nomor : 085 735 925 311
Tidak ada komentar:
Posting Komentar