by: Muhaimin Iqbal
Untuk
emas, misalnya kita bisa lihat kinerjanya 40 tahun terakhir dalam
grafik diatas. Para penentang investasi emas, biasanya menggunakan
periode bearish 1980-2000 (20 tahun) sebagai argument-nya. Bahwa Emas bisa berpuluh tahun bearish atau menunjukkan trend yang menurun.
Sebaliknya para pendukung investasi emas, menggunakan periode bullish 2001-2008 sebagai argument. Bahwa hanya dalam waktu kurang dari separuhnya (8 tahun), seluruh penurunan yang terjadi di masa bearish sudah lebih dari ter-recover.
Keduanya
benar karena keduanya menunjukkan fakta statistik; hanya untuk
memperkirakan apa yang akan terjadi kedepan kita butuh lebih dari
sekedar angka-angka statistik. Kita butuh informasi apa yang sebenarnya
terjadi dibalik periode bearish atau bullish tersebut.
Bila
dipandang sebagai salah satu produk investasi (demikianlah dunia
memandangnya sekarang) – emas bersaing dengan investasi lainnya di dunia
seperti deposito, bond dan terutama saham beserta produk-produk
turunannya. Ketika orang berburu saham, maka dana untuk investasi di
emas otomatis berkurang dan harga emas cenderung jatuh. Inilah yang
terjadi selama periode bearish emas 1980-2000.
Sebaliknya
ketika orang mulai ragu dengan saham dan produk-produk turunannya, ragu
dengan deposito uang kertas, maka orang mencari alternative investasi
yang lebih aman – maka emas lah yang paling menjanjikan keamanan
investasi ini. Inilah yang terjadi di periode bullish emas sejak 2001 sampai sekarang.
Setelah
mengalami gonjang-ganjing investasi tahun lalu yang sampai saat ini
belum mereda, kedepan investor akan lebih cerdas dan realistis dalam
memilih produk investasi. Perburuan saham secara global tanpa analisa
yang cerdas seperti yang terjadi pada masa 1980-2000, lebih besar
kemungkinannya untuk tidak terjadi dibandingkan kemungkinannya untuk
terjadi.

Masyarakat investor kini sadar bahwa yang mereka buru selama ini adalah pepesan kosong; gelembung yang dengan mudah collapse. Sebagai contoh, grafik disamping menujukkan hal ini. Dow Jones yang naik sampai 14.74 kalinya pada periode bullish-nya saham (berarti bearish-nya
emas), ternyata tidak didukung oleh pertumbuhan GDP yang sebanding –
peda periode tersebut GDP Amerika hanya tumbuh 1.65 kali saja !. Sangat
jelas dari data ini bahwa gelembung (buble) saham seperti yang ditunjukkan oleh the Dow – memang tidak di dukung oleh real economy.
Jadi
kalau masyarakat investor dunia masih percaya investasi bubble, maka
emas masih bisa saja akan turun…tetapi saya lebih percaya sebaliknya,
yaitu masyarakat investor akan lebih cerdas dan lebih hati-hati setelah
krisis ini. Artinya harga emas akan cenderung naik seperti yang selama
ini kami prediksi. Wallahu A’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar